Kamis, 30 April 2009

Ayah


menjadi ayah?
hm....
rasa-rasanya butuh banyak begitu persiapan ya...
teruntuk mas wasir, mas zai n mas zainalku yang nun jauh disana,..
untuk mas safari, mas jo n mas jawal,jadilah ayah yang baik ya....
memang berat menempatkan diri sebagai pahlawan bagi generasi depan,...
tapi,..
kalo inget ayah kita,...
everything is impossible...

***

Tips praktis menciptakan figur ayah yang baik bagi anak :


1. Selalu sediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak. Walaupun hanya sebentar, sosok ayah sangat penting menumbuhkan sisi maskulinitas anak. Keterlibatan melalui permainan, pemberian pujian/dukungan, menanyakan kejadian-kejadian yang dialami anak hari itu, mendongeng, mewarna dll

2. Sebagai ayah hindari tingkah laku menghina, meremehkan, memarahi, membandingkan dan diktator karena bisa menimbulkan perilaku agresif dan tidak kooperatif pada diri anak.”Itu akibatnya, kalau kamu malas belajar. Lihat tuh si Novi nggak susah disuruh belajar” (membandingkan)

3. Jangan bersifat pasif atau acuh tak acuh pada anak. Usahakan terlibat aktif mentransfer nilai-nilai yang baik pada anak.

4. Jadilah figur idola bagi anak. Misalnya memberikan kasih sayang, perhatian dan sikap yang tulus, teladan perilaku yang baik, teladan kemandirian, kepemimpian dan ketegasan, sikap adil, kepiawaian bergaul dan lain-lain

5. Jika tidak ada seorang ayah dalam rumah sehingga terjadi kekosongan figur ayah maka sang ibu harus memastikan peran pengganti bisa dimainkan oleh kakek, paman, guru atau orang lain yang dianggap pantas sebagai teladan dan bisa menjalin hubungan harmonis dengana anak.

“Laisa minna mallam yarham shoghiironaa waya’rif haqqo kabiirina”
“Tidaklah termasuk golongan kami, orang-orang yang tidak mengasihi anak kecil diantara kami dan tidak mengetahui hak orang besar (lebih tua) diantara kami” (HR abu dawud dan tirmidzi)

“Seseorang A’rabi telah mendatangi Nabi Saw dan berkata.”Apakah engkau menciumi anak-anakmu, sedang kami belum pernah melakukan itu.’Maka Nabi Saw bersabda: “apakah engkau ingin Allah mencabut rasa kasih sayang dari hatimu ?” (HR Bukhori)
Kisah sahabat Al-Aqra’ punya 10 anak dan tdk pernah menciuminya, sabda Rasulullah setelah menciumi Al-Hasan bin Ali : “Barangsiapa yang tidak mengasihi tidak akan dikasihi” (HR Bukhori)

“Ketika masih kecil, Aku pernah berada di bawah pengawasan Rasulullah Saw dan tanganku bergerak mengulur ke arah makanan yang ada dalam piring, maka Rasulullah Saw berkata kepadaku, “Wahai anakku, sebutkanlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah (hanya) yang ada di sampingmu”

HR abu dawud dan Hakim :
Perintahkan anak-anakmu untuk melaksanakan Salat apabila mereka telah berusia 7 tahun, dan apabila mereka telah berusia 10 tahun, maka pukullah mereka (apabila tetap tidak mau melaksanakan Salat itu) dan pisahkanlah tempat tidur mereka”
Islam secara bertahap berupaya mendidik anak dengan peringatan, pemboikotan sampai kepada pukulan yang tidak melukai. Para Pendidik tidak boleh menggunakan cara paling keras jika cara yang ringan dapat berguna. Inilah puncak upaya Islam di dalam mendidik anak-anak.

Orang tua tidak boleh memberinya kebebasan mutlak sehingga anak bisa berbuat apa saja semuanya. Karena itu, diperlukan adanya konsep yang menyeimbangkan sikap orang tua terhadap anak.
Orang tua harus menerapkan sikap lembut dan keras dengan batasnya masing-masing.

Cara mendidik yang benar adalah dengan menyeimbangkan antara pujian dan hukuman bagi anak. Pujian yang berlebihan akan berakibat sama buruknya dengan hukuman berlebihan karena kedua-duanya akan mengganggu keseimbangan mental anak dan membuatnya gelisah.
“Anak yang tumbuh besar dalam lingkungan kasih sayang yang berlebihan akan lemah dalam menghadapi tantangan kehidupan dan tidak mampu untuk berdiri di atas kaki sendiri”

Ketika sakit, anak membutuhkan perhatian dari orang tuanya. Namun, jangan sampai perhatian mereka atas keadaannya ini menjadi berlebihan. Usahakan untuk menjaga keseimbangan dalam memberikan perhatian kepadanya. Perhatian yang berlebihan yang biasanya diberikan oleh para ibu kepada anak saat jatuh sakit, akan membuat anak tersebut sombong, cengeng, gampang mengadu, dan mudah menyerah.

hayo, siapa yang dah siap jadi ayah-ayah teladan selajutnya?jadi pahlawan bagi generasi yang datang.....

harus siap!


**tulisan ini hanya untuk kalangan sendiri...bagi siapa saja yang ingin berkomentar, silakan diisi, yang penting yang bermanfaat aja ya....

0 komentar: